COVID-19, Si Kecil yang bikin kacau Dunia.



Awal 2020, digegerkan tentang sebuah penyakit di daratan Tiongkok yang menginfeksi kota Wuhan, dengan jumlah penderita yang sekaligus banyak. Menurut berita di beberapa media, penyakit tersebut bernama Corona. Yang terinfeksi terus membludak, hingga Tiongkok memutuskan mengunci kota Wuhan, sehingga tidak ada yang masuk atau keluar dari kota tersebut. Penasaran dong gue, kenapa bisa separah itu? Apaan tuh corona? Kok bisa sampai kota Wuhan dikunci, atau istilah kerennya, lockdown?


Dikutip dari situs resmi WHO, Coronavirus Disease (COVID-19) adalah penyakit yang diakibatkan oleh virus corona baru1. Yang dimaksud virus corona baru adalah SARS-CoV-2 yang sebelumnya diketahui sebagai 2019-nCoV2, yang katanya ini evolusi dari virus yang mengakibatkan SARS pada 2003 lalu, dan MERS (anw, nama virusnya juga corona, cuma beda nama spesies). Virus ini berinkubasi dalam tubuh selama 14 hari.


Kiri adalah bentuk SARS-CoV-2 dilihat dari mikroskop elektron, dan kanan adalah ilustrasi virion SARS-CoV-22

Orang yang mengalami penyakit ini menderita sakit pada pernafasan dan penyembuhannya tidak perlu perlakuan khusus. Untuk para lansia yang memiliki penyakit bawaan, perlu ditangani secara khusus. Penyebaran virus ini melalui droplet atau percikan air liur dari orang yang bersin, maupun batuk1. Droplet bisa masuk ke tubuh orang lain, jika orang tersebut kontak dengan berdekatan, dan memegang benda yang terkena dan menyentuh bagian mulut, hidung, atau mata. Inilah yang mengakibatkan penyebarannya sangat masif, sangat mirip dengan influenza, meskipun tingkat mematikannya lebih kecil dibanding flu babi maupun TB.

Meskipun tidak terlalu ‘ganas’, tapi penyebarannya ini yang luar biasa masif, sehingga agar tidak terus menular ke manusia secara terus-menerus, Wuhan dan Provinsi Hubei harus di-‘kunci’ sementara oleh pemerintah Tiongkok saat pertengahan Januari. Saat tulisan ini ditulis, karena kasus baru di Hubei sudah 0, maka Hubei sudah diunlock, namun Wuhan masih diisolasi hingga 4 April.

Kebijakan lockdown ini rupanya tidak mengakibatkan penyakit ini serta merta berhenti di Wuhan saja. Karena sebelum lockdown itu, banyak orang luar Provinsi Hubei (tempat kota Wuhan) yang datang ke Hubei, ataupun sebaliknya, sehingga kadung menyebar penyakit ini, hingga ke beberapa provinsi di Tiongkok hingga mencapai 80.000 lebih korban saat ini ditulis. Ditambah juga ada beberapa WNA yang berkunjung ke Tiongkok, sehingga menyebarlah virus tersebut, seperti ke Jepang, Korea Selatan, dan beberapa Negara lain, termasuk Italia.

Kenapa gue ambil Italia? Karena di Italia inilah, penyebaran terparah COVID-19, hingga 86.000 saat tulisan ini ditulis, lewat Tiongkok juga. Wow. Oke ini gue ceritain ya.

23 Januari, 2 orang baru datang dari Tiongkok melalui sebuah bandara di Milan, kemudian pergi ke Venesia, Parma, berakhir di Roma. Setelah perjalanan tersebut, mereka mengalami batuk, dan salahsatunya panas tinggi, sehingga dibawa ke rumah sakit, dan setelah di tes hasilnya positif3. Sehingga tanggal 31 Januari, PM Italia melarang penerbangan dari dan ke Tiongkok.

Sementara itu, seperti dikutip dari kawalcovid19.id, di daerah Condogno, pada 16 Februari seorang pasien mengeluh mengalami sakit pernafasan. Awalnya, diduga pneumonia, namun tanggal 20 Februari, pasien tersebut, beserta istri dan temannya positif COVID-19. Diketahui bahwa pasien ini mengalami kontak dengan seorang WN Tiongkok pada 21 Januari4.

Seiring berjalannya waktu dari Februari dari Maret, jumlah kasus positif COVID-19 di Italia terus naik drastis. Tapi apa reaksi mereka? Santai. Bodo amat. Alah palingan flu biasa. Itu setelah pemerintah Italia melakukan lockdown di beberapa zona merah. Bayangin! Dan setelah pemerintah Italia meliburkan sekolah dan kampus, malah banyak yang main, nongkrong, dan di klub malam. Buset. Ada beberapa yang ketakutan. Terjadilah panic buying dimana-mana4.

Dan yang lebih parahnya lagi, setalah pemerintah me-lockdown 25% daerah Italia, orang-orang yang berasal dari luar zona merah, namun tinggal atau bekerja di zona merah, MUDIK!4 Gila. Nyebarlah ke semua penjuru Italia, karena sikap bodo amat mereka mengenai penyebaran virus ini. Tegaslah akhirnya pemerintah Italia, LOCKDOWN SELURUH NEGERI. Yang keluar rumah nggak jelas didenda lebih dari 200 Euro atau penjara hingga 1 tahun4. Hingga kini mereka mengalahkan Tiongkok dalam kasus positif COVID-19, dengan rasio kematian mencapai 9-10%. Berbeda dengan Amerika Serikat, meski kasusnya saat ini ditulis, menjadi nomor 1, tetapi fatality rate nya hanya 1%.

Perbandingan Kasus di Italia dan Amerika Serikat. Dikutip dari worldometers.info.5

Mengapa rasio kematian atau fatality rate di Italia cukup tinggi? Mengutip laman Aljazeera.com, menurut Kepala Unit Penyakit Menular Rumah Sakit Sacco, Milan, Massimo Galli, saat terjadi kenaikan kasus positif COVID-19, pemerintah hanya memfokuskan testing hanya yang memiliki gejala berat saja di daerah epidemik tinggi, mengabaikan yang bergejala ringan, dan yang asymptomatic (tidak bergejala), sehingga mengakibatkan yang kedua kategori ini dapat “menyebarkan” virusnya6. Selain itu juga, banyak sekali umur lanjut yang terinfeksi, khususnya di atas 70 tahun, yang mengakibatkan kematian cukup tinggi. Karena di usia lanjut ini, imunitas mereka lebih lemah, sehingga lebih rentan terinfeksi dan meninggal6.

Terus, Indonesia bagaimana?

Rame-rame Indonesia mulai bahas corona saat beberapa WNI menjadi ABK di Kapal Pesiar yang penumpangnya banyak terinfeksi corona, yaitu Diamond Princess, juga ada WNI menjadi ABK di kapal World Dream, dan juga WNI yang terjebak di Wuhan imbas lockdown yang dilakukan oleh Tiongkok. Kan dijemput tuh ya, sama pesawat komersil, sama beberapa pesawat dan kapal TNI, diisolasi lah mereka selama 14 hari. Kesimpulannya, sehat. Meski 1 dari Diamond Princess positif.

Pemerintah dalam hal ini, cukup gerecep untuk evakuasi WNI dari tempat-tempat tersebut, namun sayangnya, pemerintah dan beberapa pejabat DPR sedikit “menyepelekan”, bahwa corona belum masuk Indonesia, tetapi tidak ada langkah pencegahan yang kongkrit. Ada yang bilang corona itu “Komunitas Rondo (Janda) Mempesona”7. Ada yang berkelakar kalau kita kebal corona karena makan Nasi Kucing8. Juga katanya kita bebas corona karena do’a9. Doa itu obat yang manjur pak bener dah, saya dan yang lainnya juga ngalamin pak, tapi ya pak, kalau doa doang tapi nggak ikhtiar menghindari mah ya kena juga nanti. Ini menurut gue hal yang salah, karena, bukan JAMINAN Indonesia akan “kebal” dari penyakit ini. Jadi inget kata guru PAI waktu SMA. DUIT (Do’a, Usaha, Ikhlas, Tawakkal).

Dan gong nya, 2 Maret 2020, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan, akhirnya, ada kasus perdana corona di Indonesia, dengan nomor kode 01 dan 02, berasal dari Depok. Ye kan, kata gua juga apa. Bukan jaminan ye kan? Kena juga deh.

Seperti yang dikutip merdeka.com, menurut penjelasan Pak Menkes, pasien 01 itu melakukan kontak fisik dengan WNA Jepang yang tinggal di Malaysia pada 14 Februari, yang katanya, pasien 01 ini adalah guru dansa10. Diketahui, tanggal 28 Februari, WNA Jepang tersebut positif corona, setelah dicek, pasien 01 dengan ibunya, pasien 02, positif COVID-1910, dan saat tulisan ini ditulis, kedua pasien ini sudah sembuh.

Pasien positif mulai bertambah banyak. Setiap press conference, pasti ada yang naik, baik kasus positif, sembuh, atau meninggal (kalau presscon di BNPB, jadi inget sosok alm. Pak Sutopo). Bagus kalau angka kesembuhan naik. Kasus positif ini sama yang meninggal ini. Ini yang gue khawatirkan. Tapi setiap pembacaan update gitu, nyantuy amat. Kita yang khawatir justru kalau begitu. Kalau menurut gue sendiri, pemerintah agak lamban dalam menangani pandemi ini. Untuk mengambil keputusan untuk lockdown atau tes masif cukup lama. Ini membuat gusar di saat angka kasus terus menanjak. Pemerintah mengimbau untuk melakukan physical distancing (jaga jarak fisik, bukan social distancing ya), bekerja dari rumah, belajar dari rumah, dan beribadah di rumah. Istilah kerennya Work from Home.

Menurut pemerintah, physical distancing menjadi kunci penghentian penyebaran penyakit ini. Tapi apakah semua mematuhi? Sejauh ini, tidak semua menuruti imbauan pemerintah. Mengutip laman kumparan.com, ada beberapa perusahaan yang tetap menyuruh karyawannya hadir di kantor11. Kenapa itu tidak bisa berjalan? Tidak ada regulasi yang jelas dan dibuat. Siapa yang bisa bekerja dari rumah, biar nanti perusahaan yang “bandel” nggak bisa nakal, karena ada regulasinya. Ya kalau sekedar himbauan, bisa-bisa ambyar juga kampanye physical distancing ini.

Yang lagi rame nih, mudik. Meihat kejadian di Italia, seharusnya pemerintah mulai tegas “menambal” lobang agar orang yang bekerja di zona merah COVID-19 tidak mudik ke kampung halamannya, demi menghambat penyebaran virus. Jangan sampai kejadian di Sumedang, ODP yang asalnya cuma 10, gara-gara banyak yang mudik dari Jakarta, sehingga ODP naik tajam. Kalau diibaratkan ember, kalau bocor, meleber kemana-mana ya kan? Karena episenter COVID-19 Indonesia ada di Jakarta, sehingga jalur keluar masuk dari Jakarta harus di tutup. Di sini, pemerintah cuma menghimbau, jangan mudik. Tidak cukup dengan himbauan. Kalau nggak ada regulasi yang jelas dan mengikat, akan tetap bocor si virus ini. Kalau situ semua masih sayang sama keluarga di kampung, sementara ini jangan mudik ya! Ketegasan pemerintah diuji di sini, harus ada upaya pencegahan, tidak hanya upaya pengobatan semata. Resiko pasti ada, daripada mbleber virusnya piye? Apakah Rumah Sakit siap?

Kalau lihat dari sini, apakah harus segera dilakukan lockdown? Atau belum? Komen aja di bawah ya! Alasannya logis ya!

Akhirnya masyarakat bergerak. Mulailah ada kampanye dari beberapa figur publik, DI RUMAH AJA. Ini gerakan yang bagus untuk mengimbau masyarakat agar bisa bekerja, belajar dan ibadah di rumah. Tapi ingat, harus bisa dimaklumi, ada beberapa profesi yang tidak bisa dari rumah, seperti  paramedis, sopir transportasi (bis, kereta, ojol)  dan jurnalis, dan orang-orang di desa yang sebagian besar hanya mengandalkan upah harian, yang dimana kalau nggak kerja, ya gak dapet duit, dan mungkin yang lainnya.

Dari sinilah, kerjasama dan gotong royong kita sebagai bangsa diuji. Alhamdulillah, banyak yang tergerak untuk peduli sesama, baik peduli kepada garda terdepan pasukan pemusnah corona, karena alat pelindung diri mereka semakin menipis, maupun untuk mereka yang terpapar. Termasuk beberapa artis dan figur publik. Sangat diharapkan sekali untuk figur publik yang follower/subscriber nya udah banyak, AdSense nya sudah ngegunduk, endorsenya kenceng, bisa lah ya, tolong-tolong dikit, jangan dihabisin sendiri. Lihat para tim medis yang kekurangan APD. Lihat kelimpungannya rumah sakit. Lihat juga mereka yang pekerjaannya terpengaruh. Masa kalah sih sama tukang ojol atau buruh yang gue lihat di sebuah situs crowdfunding, yang nyumbangnya, ya mungkin nggak seberapa kalau kata kalian mah, tapi itu sangat berarti sekali.

Yang belum sanggup mendermakan hartanya kaya gue (maaf banget), ayolah, yang bisa di rumah, DI RUMAH AJA gitu lo, jangan bandel napa! Jangan sampai tenaga kesehatan mengibarkan bendera putih tanda tak sanggup menangani, karena membludaknya pasien positif corona. Situ mau dirawat sama siapa? Kecuali kalau siap untuk sakit yang lebih parah, atau meninggal. Kasian tenaga kesehatan napa! Jangan bikin mereka ambruk. Mereka harus siap selalu, mereka rela meninggalkan keluarganya demi orang banyak, mereka rela kerja siang malam, sudah 8 dokter, sejauh ini gugur di medan perang corona (semoga mereka meninggal dalam keadaan Syahid, aamiin).

Biarkan mereka menjalankan tugasnya dengan tenang. Biarkan jurnalis menangkal hoax-hoax tentang corona di luar sana, mereka berusaha menangkal kekhawatiran situ semua tentang corona. Jangan buat mereka khawatir tertular sehingga mereka tidak bisa menjalankan tugasnya. Jangan!

Biarkan para sopir menjalankan tugasnya, mengantar orang-orang dengan tugas yang tak bisa dikerjakan di rumah, jangan buat mereka khawatir tertular karena banyak manusia yang pekerjaannya bisa dikerjakan di rumah seliweran di stasiun atau terminal.

Oke! Bisa ya, kita saling kerjasama dan gotong royong sebagai bangsa Indonesia. INI BUKAN LIBUR YA! Banyak orang-orang bodoh yang memanfaatkan ini untuk apa coba? LIBURAN, KONGKOW, dan MAIN DI WARNET! Untuk orang-orang yang memanfaatkan ini untuk hal-hal tersebut, situ adalah orang EGOIS, ingin enaknya sendiri, tanpa memikirkan apa yang terjadi nantinya. Dan situ adalah orang yang TEGA, kenapa tega? Karena anda akan membuat tenaga medis bekerja  ekstra ekstra keras untuk mengobati situ kalau kena tu penyakit. Liat tuh, 8 pahlawan kemanusiaan sejauh ini udah gugur! Apa yang kamu lakukan itu, JAHAT!

Untuk orang-orang yang memanfaatkan ini untuk hal tersebut, apakah kalian nggak mikir, sebulan lagi, adalah bulan yang sangat baik, yaitu RAMADHAN. Mau tarawih atau I’tikaf di rumah? Mau semarak Ramadhan meredup gara-gara corona? Gue, dan beberapa orang mengkhawatirkan itu. Gue sendiri nggak mau itu semua terjadi. Makanya nurut ya, kalau bisa di rumah aja, biarkan beberapa profesi yang tadi gue jabarkan menjalankan tugasnya dengan baik dan maksimal. Mau kaya Italia?

Sesuai sabda Rasulullah SAW: "Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu." (HR Bukhari).

Terus yang lagi rame nih, Ibadah di Rumah. Pernah kejadian di Masjid Agung Bandung, dimana Masjid Agung Bandung tidak mengadakan shalat berjamaah dan Jum’at karena untuk pencegahan penyakit ini, tapi entah kelompok apa gitu, spanduk dengan tulisan itu dicabut. Namun akhirnya, mereka sadar, dan mereka pun minta maaf atas perbuatannya tersebut12.

Kan sudah ada Fatwa MUI Nomor 14 Tahun 2020 tentang Penyelenggaraan Ibadah dalam Situasi Terjadi Wabah COVID-1913 (baca dengan baik dan benar oke, biar nggak salah faham). Dan ulama sekelas Aa Gym juga sudah menghimbau, cukup di rumah saja dahulu. Memang berat bagi orang-orang yang cinta masjid, tapi, mau gimana, keadaannya seperti ini. Masjidil Haram dan Masjidil Aqsa pun membatasi ibadah dahulu, dan menganjurkan ibadah di rumah dahulu. Bahkan yang terbaru, Riyadh, Mekkah dan Madinah di lockdown, demi menahan penyebaran COVID-1914. Masjidil Aqsa pun ditutup untuk sementara waktu15. Gereja pun sama, menganjurkan ibadah di rumah dahulu, mengikuti khotbah di rumah lewat live streaming dari gereja.

Kalau kata orang sunda, ya wayahna dulu untuk saat ini, daripada nanti saat Ramadhan tidak bisa tarawih dan I’tikaf. Sayang kan ganjarannya? Tahan dulu ya, mau kaya Italia?

Di paragraf-paragraf akhir ini, gue mau masukkin sebuah pernyataan. Jika kita lihat dari sisi postitf, Allah Maha Baik. Manusia kali ini diuji dengan virus ini, sepertinya, Allah mau kita setop dulu segala urusan duniawi, Allah ingin Bumi yang kita cintai ini “beristirahat” dulu dari segala aktifitas manusia yang memberikan dampak negatif terhadap bumi kita ini. Dan terbukti, tingkat polusi di Tiongkok menurun drastis, begitupun di Italia, menurut satelit NASA, dan Allah mengingatkan manusia melalui virus ini, untuk kembali memupuk rasa cinta terhadap alam, rasa kepedulian dengan sesama, menjaga kebersihan dan kesehatan diri yang mungkin selama ini mulai menurun. Wallahua’lam. Ya bisa jadi dengan adanya virus ini, global warming teredam untuk beberapa waktu.


Bagaimana bumi membersihkan diri dari polusi, kiri adalah Italia, kanan adalah Tiongkok. Sumber: cnnindonesia.com16, twitter.com/semestasains17 , ESA, NASA.

Gue harap, virus dan penyakit ini bisa mereda menjelang Ramadhan ini, biar Ramadhan tahun ini bisa lebih baik dari Ramadhan sebelumnya dalam segi ibadah dunia dan akhirat. Aamiin. Pasti semua mau itu kan? Makanya, yang bisa di rumah, di rumah aja oke! Yang mampu mendermakan hartanya, silahkan dermakan untuk para petugas medis dan orang yang terpapar. Pemerintah juga, harus bisa nyalip pergerakan virus ini, bukan hanya upaya pengobatan, PENCEGAHAN yang penting. Kecepatan membuat keputusan yang tepat, inilah yang ditunggu masyarakat. Kan nanti ekonomi gini gini gini? Kesehatan nomor 1 cuy. Resiko terhadap ekonomi, ada. Tapi harus ada solusi meminimalisir resiko ekonomi itu.

Yok, gotong royong untuk meredam penyakit ini. Karena, “bela Negara untuk keadaan saat ini, bagi yang bisa, di rumah saja” (Anies Baswedan). Kapan coba kita bela Negara melalui rebahan. Kita pasti bisa! Semoga Allah, Tuhan Yang Maha Esa segera mengangkat penyakit ini.

Udah ya, banyak banget nih, takut kalian mabok bacanya wkwk. Ya itulah sedikit apa yang bisa gue tumpahin disini mengenai COVID-19, si Kecil yang bikin kacau Dunia. Sorry kalau disini gue rada ngegas dikit. Gitu dong ngegas wkwk! Sampai ketemu di tulisan selanjutnya!



Sumber:


Komentar

Postingan Populer