(NO SPOILER) Review Film Yowis Ben 2
Dalam tulisan ini, seperti yang gue akan kasih hari Senin ini, gue mau me-review film yang baru gue tonton hari Jumat lalu. Ya, film Yowis Ben 2. Film ini rilis 14 Maret lalu, dan menurut sumber resmi nya (instagram: filmyowisbenofficial) jumlah penonton sampai hari hari ini menyentuh 400.000 penonton lebih.
Sesuatu yang bikin gue tertarik nonton film ini, karena jujur gue jarang banget ke bioskop, karena film ini adalah film yang dapat menggabungkan 2 budaya dan bahasa yang berbeda, yaitu Bahasa Jawa (Jawa Timur) dan Bahasa Sunda (Jawa Barat), dan bagaimana kepintaran Fajar Nugros dan Bayu Skak mengelaborasi 2 budaya ini menjadi film yang kalau orang jawa bilang itu "Apik Pol".
Untuk pemeran nya masih sama dengan sekuel sebelumnya, Yowis Ben 1 yang rilis tahun kemarin, seperti Bayu Skak, Joshua Suherman, Brandon Salim, Tutus Thomson, Arief Didu, termasuk Cut Meyriska, hanya ada tambahan beberapa pemeran. Selain itu juga, tempat shooting film ini terdapat di 2 kota, yaitu Malang, yang sama dengan Yowis Ben 1 dan di kota tempat gue, Bandung.
Film ini memang sangart kuat dengan komedi khas daerah. Yang jadi sorotan gue adalah salahsatunya Cak Kartolo, legenda ludruk dari Jawa Timur ini dari cara bicara nya pun memang sudah lucu, ditambah dengan adegan dengan Cak Sapari yang agak gendit dengan ibunya Bayu membuat tak tahan untuk tertawa. Juga yang jadi sorotan adalah ayahnya Asih (Anya Geraldine), yang diperankan oleh Budi Dalton yang dapat menyihir penonton dengan komedi khas Sunda yang membuat tertawa.
Cerita yang ringan dan lebih mengarah ke kehidupan sehari-hari membuat cerita-cerita pada film ini begitu mudah dimengerti. Gue bisa bilang inilah satu kehebatan film Yowis Ben 2, dimana meskipun terdapat 2 bahasa yang berbeda, tetapi tetap membuat penonton tertawa, memang sedikit kebantu sama subtitle sih, tetapi karena tingkah para pemeran yang dapat memaksudkan apa yang mereka ucapkan membuat penonton yang tidak faham pun menjadi tertawa.
Mengenai drama-drama yang ada di film ini, tidak terlalu banyak, tetapi mudah tertebak apa yang akan terjadi. Mungkin memang "sengaja" agar film ini tidak njelimet amat ataupun memang memfokuskan dengan komedi. Sehingga drama yang disuguhkan agak hambar, karena itu tadi, agak mudah tertebak.
Jika kita bandingkan dengan sekuel pertamanya, alur cerita film ini lebih baik dibanding edisi pertamanya, yang sedikit loncat-loncat alurnya. Tetapi untuk yang kedua ini, menurut gue ini alurnya tidak loncat-loncat, dan lebih rapi dibandingkan dengan sekuel pertamanya.
Dari semua itu, kesimpulan gue tentang film ini adalah LUCUNE POL! Komedinya sangat dapet meski ada 2 bahasa yang berbeda, cerita yang ringan dan alurnya lebih teratur dibandingkan dengan yang pertama. Paling kekurangannya di bagian drama nya yang kurang menggigit, karena mungkin mengejar cerita yang ringan dan mudah dimengerti. Ada yang diunggulkan, pasti ada yang dikorbankan. Dan film ini dapat mengajarkan bahwa kekeluargaan itu baik asal tidak menabrak prinsip. Itu sih.
Rating? Oke, gue berani kasih rate 8,5/10. Jarang-jarang film yang menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa film nya. 2 bahasa berbeda pula. Inilah yang Hollywood nggak punya! Indonesia yang punya. Jadi, jangan ragu melestarikan bahasa daerah mu!
Poko'e film'e ngenten pun! (Filmnya mantap!). Cocok buat anak muda yang berusaha meniti karir dengan perjuangan yang tidak mudah. Termasuk dalam pembuatan film ini. Makasih Mas Bayu, dan aktor dan aktris lainnya dengan effort yang tinggi mampu membuat film dengan bahasa daerah yang Apik Pol! dan membuat semua tertawa.
Ya mungkin segitu aja review dari gue, buat yang belum nonton yok tonton! Dukung Film Indonesia menjadi lebih baik dengan membanggakan yang Hollywood gak punya, yaitu Budaya Daerah.
Salam!
Poster Yowis Ben 2 (sumber: instagram @yowisbenofficial) |
Sesuatu yang bikin gue tertarik nonton film ini, karena jujur gue jarang banget ke bioskop, karena film ini adalah film yang dapat menggabungkan 2 budaya dan bahasa yang berbeda, yaitu Bahasa Jawa (Jawa Timur) dan Bahasa Sunda (Jawa Barat), dan bagaimana kepintaran Fajar Nugros dan Bayu Skak mengelaborasi 2 budaya ini menjadi film yang kalau orang jawa bilang itu "Apik Pol".
Untuk pemeran nya masih sama dengan sekuel sebelumnya, Yowis Ben 1 yang rilis tahun kemarin, seperti Bayu Skak, Joshua Suherman, Brandon Salim, Tutus Thomson, Arief Didu, termasuk Cut Meyriska, hanya ada tambahan beberapa pemeran. Selain itu juga, tempat shooting film ini terdapat di 2 kota, yaitu Malang, yang sama dengan Yowis Ben 1 dan di kota tempat gue, Bandung.
Film ini memang sangart kuat dengan komedi khas daerah. Yang jadi sorotan gue adalah salahsatunya Cak Kartolo, legenda ludruk dari Jawa Timur ini dari cara bicara nya pun memang sudah lucu, ditambah dengan adegan dengan Cak Sapari yang agak gendit dengan ibunya Bayu membuat tak tahan untuk tertawa. Juga yang jadi sorotan adalah ayahnya Asih (Anya Geraldine), yang diperankan oleh Budi Dalton yang dapat menyihir penonton dengan komedi khas Sunda yang membuat tertawa.
Cerita yang ringan dan lebih mengarah ke kehidupan sehari-hari membuat cerita-cerita pada film ini begitu mudah dimengerti. Gue bisa bilang inilah satu kehebatan film Yowis Ben 2, dimana meskipun terdapat 2 bahasa yang berbeda, tetapi tetap membuat penonton tertawa, memang sedikit kebantu sama subtitle sih, tetapi karena tingkah para pemeran yang dapat memaksudkan apa yang mereka ucapkan membuat penonton yang tidak faham pun menjadi tertawa.
Mengenai drama-drama yang ada di film ini, tidak terlalu banyak, tetapi mudah tertebak apa yang akan terjadi. Mungkin memang "sengaja" agar film ini tidak njelimet amat ataupun memang memfokuskan dengan komedi. Sehingga drama yang disuguhkan agak hambar, karena itu tadi, agak mudah tertebak.
Jika kita bandingkan dengan sekuel pertamanya, alur cerita film ini lebih baik dibanding edisi pertamanya, yang sedikit loncat-loncat alurnya. Tetapi untuk yang kedua ini, menurut gue ini alurnya tidak loncat-loncat, dan lebih rapi dibandingkan dengan sekuel pertamanya.
Dari semua itu, kesimpulan gue tentang film ini adalah LUCUNE POL! Komedinya sangat dapet meski ada 2 bahasa yang berbeda, cerita yang ringan dan alurnya lebih teratur dibandingkan dengan yang pertama. Paling kekurangannya di bagian drama nya yang kurang menggigit, karena mungkin mengejar cerita yang ringan dan mudah dimengerti. Ada yang diunggulkan, pasti ada yang dikorbankan. Dan film ini dapat mengajarkan bahwa kekeluargaan itu baik asal tidak menabrak prinsip. Itu sih.
Rating? Oke, gue berani kasih rate 8,5/10. Jarang-jarang film yang menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa film nya. 2 bahasa berbeda pula. Inilah yang Hollywood nggak punya! Indonesia yang punya. Jadi, jangan ragu melestarikan bahasa daerah mu!
Poko'e film'e ngenten pun! (Filmnya mantap!). Cocok buat anak muda yang berusaha meniti karir dengan perjuangan yang tidak mudah. Termasuk dalam pembuatan film ini. Makasih Mas Bayu, dan aktor dan aktris lainnya dengan effort yang tinggi mampu membuat film dengan bahasa daerah yang Apik Pol! dan membuat semua tertawa.
Ya mungkin segitu aja review dari gue, buat yang belum nonton yok tonton! Dukung Film Indonesia menjadi lebih baik dengan membanggakan yang Hollywood gak punya, yaitu Budaya Daerah.
Salam!
Komentar