JANUARI TERINDAH DENGAN PUNCAKMULYA


Allo!

Kali ini gue akan nostalgia, dengan apa yang gue pernah alami awal tahun 2018. Awal tahun yang membuat hampir sisi kehidupan gue berubah, dan membuat dorongan yang sangat besar untuk tetap mengejar mimpi yang sangat diidamkan.

Ya, awal 2018 itu adalah saat gue melaksanakan salahsatu kewajiban sebagai mahasiswa, yaitu pengabdian masyarakat dalam bentuk KKN (Kuliah Kerja Nyata) yang dilaksanakan oleh pihak kampus. Seharusnya jurusan gue, Fisika, itu bareng sama jurusan lain bulan Agustus 2017, tetapi karena waktunya berhimpitan dengan Kerja Praktik, ya jadinya dilempar ke bulan Januari 2018. Ternyata jurusan Kimia pun sama, sehingga hanya 2 jurusan saja yang melaksanakan KKN bulan Januari. Ya ada temen lah, daripada satu jurusan amat. Malu wkwk.

Setelah dibagi kelompok oleh LP2M (Lembaga Kampus yang menaungi Pengabdian Masyarakat), gue ditempatkan di Desa Sukamulya. Desa ini berada di Kecamatan Kutawaringin, Kabupaten Bandung. Tetanggaan sama Soreang. Awalnya gue belum tahu tempatnya dimana. Akhirnya survey dulu sama teman sekelas. Dan akhirnya ketahuan, dari beberapa penjelasan warga sekitar, desa ini ada di gunung, dari kaki, lereng hingga puncaknya. Dan nggak tanggung-tanggung, langsung berbatasan sama Kabupaten Bandung Barat. Dari tracknya pun, meski jalannya sudah aspal, tapi lumayan naik turun, ada yang kemiringan jalannya nyaris 50 derajat. Wow. Inilah sepertinya yang disebut KKN. Sinyal telekomunikasi disini sulit, bahkan ada yang sampai tidak ada sinyal.

Inilah lokasi gue KKN.
Lokasi KKN Bulan Januari 2018 yang dilingkar biru. (Sumber: Google Maps)



















Mulailah persiapan sejak November 2017. Masuk ke kelompok 16. Awalnya Kelompok berisi 8 orang, yang terdiri dari 4 orang jurusan Fisika, 4 orang jurusan Kimia. Namun di tengah persiapan baru masuk 1 orang lagi, tepatnya dari Jurusan non-Saintek, yaitu Administrasi Publik. 9 totalnya.

Mulailah disitu kami berkenalan dengan kawan-kawan jurusan Kimia dan Administrasi Publik. Suasana cair terpancar dalam percakapan awal kami. Dari pemilihan ketua kelompok, dan pembahasan keuangan, sangat menyenangkan, meski patungannya yang tak menyenangkan hehe. Nggak apa-apalah, daripada kelaparan disana.

Di saat akhir persiapan, baru bergabung 1 orang lagi, dari jurusan Siyasah. Rupanya bukan WNI, yang baru bergabung ini berasal dari Thailand. Pattani tepatnya. Genap 10 orang, kelompok 16 yang siap untuk memulai pengabdiannya di Desa Sukamulya. Sesuai kesepakatan dengan kelompok lain yang berada di satu desa, kelompok kami kebagian di Dusun 03 Desa Sukamulya, yang posisinya berada di puncak, dekat dengan Kantor Desa, dengan nama kampungnya adalah Puncakmulya.

Berangkatlah kami tanggal 3 Januari 2018. Gue kaget saat tiba di lokasi, rumah yang akan kita tempati Sebuah rumah sederhana, dengan setengah tembok, setengah bilik. Lantainya masih menggunakan papan. Ow. It’s the real KKN!.

Inilah foto kami bersama Dosen Lapangan, dan rumah tinggal kami selama 1 bulan.
Foto bersama Dosen Lapangan, dan rumah tinggal. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Mantap kan?! Udara disana dingin, karena tempat kami berada di ketinggian -+ 1000 mdpl. Di belakang rumah ini banyak pohon bambu. Keuntungannya di samping rumah kami ada rumah Kepala Desa. Meski udara dingin menusuk kulit, di dalam rumah sederhana ini suasana tetap hangat, sehingga dingin yang melanda menjadi tak terasa.

Setelah berkenalan dengan warga disana, mulailah kami membuat konsep apa yang ingin kita perbuat untuk Puncakmulya. Konflik? Pasti ada. Tak semuanya berjalan mulus, ada beberapa perbedaan pendapat, namun itu semua berlangsung tidak lama, suasana kembali cair. Dari situlah, hubungan jiwa antarkami semakin erat.

Ditambah lagi warga sekitar yang sangat ramah kepada kami, membuat kami, termasuk gue begitu betah berada di Puncakmulya. Dan juga anak-anak sekitar yang sangat senang kepada kami, sihingga kami pun sangat senang dengan adanya anak-anak.

Disana ada 2 sekolah, yaitu SD dan MTs. Murid-murid disana sangat antusias menyambut kehadiran kami di sana, dan guru-guru yang begitu ramah menyambut kehadiran kami. Untuk SD, bentuk bangunannya ya mirip sekolah biasa, namun beda halnya dengan MTs. Hanya bangunan sederhana untuk kelas 7 dan 9, namun untuk kelas 8 nya lebih parah. Temboknya berlubang, dan tanpa daun pintu. Hingga hari ini. Maka dari itu, kami inisiatif untuk menyebarluaskannya, agar mendapat perhatian. Secara gitu, cuma 7km dari Pusat Pemerintahan Kabupaten, masih ada sekolah yang membutuhkan bantuan. Dan Alhamdulillah mendapat respon positif, hingga masuk koran pula. Hanya Alhamdulillah yang kami ucapkan saat itu. Namun masih belum ada tindakan nyata hingga kini.


Kondisi MTs Nurussalam, Puncakmulya. Dokumentasi Januari 2018. Masih begini hingga kemarin terakhir kesana bulan Januari 2019. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Pagi hingga siang hari kami habiskan waktu di sekolah. Siang menuju jam 2 kami istirahat dan melakukan aktivitas lainnya, mulailah jam 4, anak-anak ke rumah tempat kami tinggal untuk bermain bersama kami. Tak terasa waktu telah maghrib, karena saking senangnya kami bermain dengan anak-anak. Malamnya kita gunakan untuk evaluasi harian dan mewujudkan program utama selain ke sekolah.

Hari demi hari di bulan Januari itu, ikatan antarkami semakin erat, seperti ada yang aneh kalau dari kami ada sesuatu. Saat sakit pula, kami tak ragu saling bantu dan memberi dorongan semangat untuk sembuh. Saling membantu, toleransi dengan perbedaan, dan saling memahami, membuat khususnya gue, serasa punya keluarga kedua. Hati rasanya tentram bersama mereka.

Fun Science menjadi salahsatu agenda dalam pengabdian kami di Puncakmulya. Di SDN Puncakmulya, anak-anak begitu antusias menyambut kami untuk mendemonstrasikan hal-hal sederhana yang menyangkut dengan jurusan kami, Kimia dan Fisika. Fun Science ini terbagi 2, minggu 2 oleh sahabat jurusan Kimia, dan minggu 3 oleh sahabat jurusan Fisika, termasuk gue. Penat tak terasa, karena terobati dengan antusiasme anak-anak untuk mencoba apa yang kami perlihatkan kepada mereka. Begitupun dengan guru-gurunya. Alhambdulillah kami bias membantu meskipun hanya tak seberapa. Senang rasanya melihat anak-anak mendapat ilmu baru dengan cara yang bahagia. Senyum manis terpancar dari anak-anak. Gue merasa senang dan bahagia melihat anak-anak senang.

Minggu terakhir bersama, kami memutuskan untuk refresh dahulu ke wilayah Rancabali sebelum mengeksekusi agenda utama KKN. Kami berangkat bersama orangtua kami di Puncakmulya. Beliau adalah orang yang begitu mengayomi dan menyayangi kami selama kami berada disana. Di tengah guyuran hujan, tak menyurutkan kami untuk liburan disana. Tak lupa foto-foto. Merasa berfoto dengan keluarga yang begitu luar biasa. Indah. Allahu Akbar. Tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Unforgettable moment forever.

Foto bersama. Sepertinya nggak perlu sih foto studio, sudah bagus banget ini. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Pulang dan istirahat, dan lusa kami melaksanakan agenda utama KKN, yaitu penyuluhan pertanian mengenai pH tanah, bekerjasama dengan kelompok lain yang ada di dalam satu desa. Acara berjalan lancar. Semoga ilmu yang kami berikan menjadi amal kebaikan dunia akhirat. Aamiin.

Tak terasa waktu sudah menunjukkan tanggal 2 Februari 2018. Hari-hari akhir kami berada disana. Banyak momen momen super indah selama kami berada disana, khusunya gue. Jujur selama disana gue banyak sekali merasa bersyukur bertemu warga yang ramah dan perhatian, anak-anak yang begitu semangat, dan menjadi bagian bersama sahabat-sahabat yang luar biasa selama 1 bulan. I can’t describe them with other words. Sudah menjadi keluarga kedua gue. Berat? Iya.

Tanggal 2 sore, kami menyempatkan diri untuk berpamitan dengan penduduk Puncakmulya. Berat rasanya ingin berpisah dengan mereka. Gue berusaha tahan, jangan sampai nangis. Namun apa daya, tangis kami pecah saat berpamitan dengan orangtua kami di Puncakmulya. Serasa berat meninggalkan orangtua kami. Doa dari mereka hanya satu, “semoga jadi orang sukses ya”. Doa yang sederhana, tapi memiliki makna mendalam bagi kami. Tak hanya beliau yang mendoakan kelancaran dan kesuksesan kami, tapi semua yang kami temui mendoakan hal yang sama. Allahu Akbar. Malah semakin sedih karena akan berpisah tak lama lagi. Tapi apa daya, kami harus kembali ke Kota Bandung.

Malamnya, saat sahabat-sahabat sedang istirahat, gue sengaja ingin di luar. Melihat tempat indah ini untuk terakhir kalinya. Gue nangis. Iya. Serasa masih ingin tetap, tak mau pergi. Berat rasanya meninggalkan hal-hal indah selama di Puncakmulya. Pokoknya kalau dijelaskan lebih detail lagi, bakal panjang banget. Sedih dan berat pokoknya.

Acara perpisahan kami pada tanggal 3 dimulai dengan bersenang-senang dengan anak-anak Puncakmulya dan kampung Dukuh (tempat dari kelompok 17) untuk mengadakan lomba, bersama kelompok 1 desa, 17 dan 18 di Aula Desa Sukamulya. Melihat senyum dan senang anak-anak untuk yang terakhir, sebenarnya dalam hati, gue merasa sedih, tak bisa melihat senyum mereka lagi. Senang senang dengan berbagai lomba dengan anak-anak, baik anak SD maupun MTs hingga sekitar jam 2 siang, kemudian diisi dengan penampilan dari kami, kelompok 17 dan 18. Kami kebagian terakhir, dan, dor! Dengan lagu Semua Tentang Kita dari Peterpan, satu gedung nangis! Saat lagu berakhir, khususnya anak-anak SD dan MTs di Puncakmulya, langsung memeluk kami. Nangis dong gue! Merasa meninggalkan anak-anak yang sudah menjadi bagian dari kami. Momen terberat jelas.

Malamnya ditutup dengan Tabligh Akbar bersama seluruh warga Desa Sukamulya. Acara berlangsung hingga pukul 22.15, namun saat sebelum acara berakhir, tangis kami lagi-lagi pecah saat berpisah dengan Ibu Sekretaris Desa dan ibunya, serasa berpisah dengan seseorang yang kita cintai. Diakhirilah acara penutupan dengan foto bersama tim KKN se-desa Sukamulya bersama anak-anak.

Selepas acara, anak-anak MTs mengajak kami liliwetan di rumah tinggal kami. Waktu nyaris jam 23.00. Sembari kami sedang kumpul internal, mereka pada masak. Wow. Laki-laki juga pada bisa masak ya, hebat. Dalam kumpul internal untuk yang terakhir, diantara kami saling melakukan evaluasi masing-masing dan mengucapkan salam perpisahan. Gue nangis. Lagi. Saat bicara pun gue nggak kuat. Gue harus berpisah dengan sahabat-sahabat seperjuangan di Puncakmulya ini. Bersama mereka, gue banyak belajar, bagaimana gue bisa menahan ego, bagaimana agar lebih peka, bagaimana bersosialisasi, bagaimana saling menghargai dan saling memberi hal positif. Banyak sekali. Namanya meninggalkan keluarga, berat rasanya, bisa ga sih lebih panjang lagi bersama mereka yang luar biasa ini? Gak mau gue ninggalin mereka. Tapi mau gimana?

Waktu sudah pukul 00.03. Gue harus ikhlas berpisah dengan mereka. Sahabat-sahabat berusaha menguatkan. Kita pasti bersama lagi suatu waktu nanti. Kumpul internal diakhiri dengan makan bersama anak-anak MTs hingga pukul 01.00. Pagi harinya, kami sudah mulai packing barang masing-masing. Dan menyempatkan diri berpamitan dengan yang kemarin belum sempat kami kunjungi. Mobil yang menjembut kami tiba pukul 14.00. Dengan berat, kami menaiki mobil dan mengucapkan selamat tinggal dengan mereka yang ada disana. Kami dikawal hingga Soreang. Anak-anak luar biasa!.

Ya itulah secercah cerita terbaik yang bisa gue share. Many things happen. Ini pengalaman yang unforgettable, indah dan terbaik yang mungkin hanya terjadi sekali seumur hidup. Bertemu sahabat-sahabat seperjuangan yang luar biasa dan tergabung di dalamnya, kemudian bertemu dengan orang-orang menginspirasi di Puncakmulya, hanya syukur yang bisa gue ucapkan. Terima kasih Ya Allah, telah dipertemukan dengan orang-orang super ini.

Perjalanan indah ini memberikan pelajaran buat gue, seperti yang udah gue bahas di atas, juga bagaimana survive dalam keadaan yang serba sulit, dan bagaimana gue bisa berusaha lebih keras lagi. Dan juga belajar ikhlas dan syukur. Itu semua berkat kalian tau! Orang-orang yang luar biasa.

Selepas hampir 1,5 tahun berlalu dari perjalanan indah itu, bagaimana ya kabar kalian? Sahabat-sahabat seperjuangan dan Puncakmulya. Semoga kalian tetap sehat dan ceria. Semoga cita-cita kalian terkabul, dan bisa bertemu seutuhnya di Surga-Nya. Aamiin.

Hanya segitu saja, rangkaian perjalanan indah selama bulan Januari 2018 kemarin. Yang baca jangan nangis lo, wkwk. Yang pengalamannya mirip bisa dibagikan juga di komentar. Oke! Ciao!

-o0o-

Tulisan ini didedikasikan untuk:
1.       Sahabat Seperjuangan KKN Kelompok 16
 a.       Fakhrizal Muttaqien
 b.       Priyanto Gunawan
 c.       Mr. Abdulhafit Luding
 d.       Nuri Nurfadillah
 e.       Hadya Ayu Hajayasti
 f.        Anisa Budiman
 g.       Dede Nisa
 h.       Siti Hadiaty Yuningsih
 i.         Siti Hani Pratiwi
2.       Keluarga Bpk. Cece dan Ibu Cece
3.       Anak-anak SDN Puncakmulya
4.       Guru-guru SDN Puncakmulya, termasuk alm. Bpk. Bara Hidayat
5.       Anak-anak MTs Nurussalam
6.       Guru-guru MTs Nurussalam
7.       Bapak Kepala Desa beserta Keluarga
8.       Bapak Sekretaris Desa beserta Keluarga
9.       Aparat Desa Sukamulya, khususnya Bpk. Indra dan Bpk. Dadang selaku Ketua RW 07
10.   Seluruh warga RW 07 Kp. Puncakmulya

Komentar

Postingan Populer