Melihat Komitmen Netralitas Media Massa dalam Pemilu 2019
Media massa menjadi salahsatu hal vital dalam kebebasan berpendapat setiap individu ataupun kelompok. Selain itu juga, media massa sebagai salahsatu pusat informasi akurat, kredibel dan terpercaya yang dibutuhkan masyarakat luas yang tidak melanggar norma, maupun aturan perundangan yang berlaku. Namun jika media massa "disalahgunakan" untuk beberapa elite tertentu, dapat dipastikan media massa tersebut telah menyimpang dari apa yang seharusnya mereka jalankan.
Tujuan gue nulis artikel ini, adalah rasa risih gue sama media massa sekarang ini. Gatal. Apalagi saat Indonesia akan menghadapi Pemilu 2019 sekarang ini, ada beberapa media massa, khususnya Televisi, yang gue amati agak menyimpang dari apa yang seharusnya mereka lakukan, yaitu TV yang condong mendukung pasangan calon presiden tertentu, sehingga mereka meninggalkan azas independensi dan netralitas dalam Pemilu 2019.
Gue masih inget, kejadian 2014 lalu, ada TV yang begitu mengagung-agungkan pasangan calon tertentu. 2014 juga sama, capres-cawapres nya ada 2, dimana TV X begitu melebih-lebihkan pasangan calon yang mereka "dukung", dan TV Y juga sama, dan pemberitaan mereka terhadap lawan masing-masing cenderung memojokkan dan menutupi kekurangan calon jagoannya. Ini karena salahsatu tokoh TV mereka, terafiliasi dengan partai yang mengusung calon yang bersangkutan. Ada beberapa TV yang juga ikut-ikutan, tapi nggak separah mereka berdua. Waduh itu, saat itu gue bener-bener males buat nonton TV, karena beritanya menjadi kurang terpercaya.
2019, terjadi lagi. Salahsatu TV yang 2014 lalu memihak, menurut gue mereka sudah "tobat", karena sepertinya, salahsatu "bos" nya sudah tak terlalu berkecimpung di dunia politik. Nah yang satu ini, masih belum tobat juga (gue nggak perlu sebut TV nya apa, takut kena Pencemaran Nama Baik). Ada beberapa TV juga yang masih ikut-ikutan, tapi tobat saat KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) meminta untuk menjaga netralitas berita yang sebelumnya terlihat berpihak.
Saat sekitar 2 hingga 1 bulan sebelum hari ini (Masa Tenang), malah ada yang baru yang memihak salahsatu calon. Meskipun acara beritanya nggak sepanjang TV lain, pemberitaannya terlihat memihak pada salahsatu calon, salahsatunya dengan adanya "Breaking News" untuk pasangan yang ia dukung, namun untuk pasangan lain, hanya setitik 2 titik pemberitaanya. Selain tiu juga, agak menyudutkan pasangan calon lain. Gestur pembawa acara saat membacakan berita untuk calon tertentu ada perbedaan, sangat semangat untuk pasangan calonnya, yang lain agak "kerung" (kerung dalam bahasa Sunda adalah cemberut). Sangat terlihat. Wah ini TV malah ikut-ikutan TV yang itu.
Gue jujur kecewa dengan apa yang ditampakkan oleh TV ini, selain karena salahsatu bos nya adalah salahsatu idola gue, juga TV ini melanggar komitmen yang mereka buat sendiri untuk menjaga independensi dan netralitas Pemilu. Dan itu sangat-sangat terlihat pada saat masa-masa terakhir kampanye, bos, bawahannya, hingga talent-talent nya betul mendukung paslon tertentu.
Pilihan dalam Pemilu, itu bebas, sebebas-bebasnya, ikut kampanye calon-calon tertentu itu silakan, karena kita negara demokrasi, selama kita saling menghormati dan menghargai satu sama lain, tapi jangan dibawa-bawa ke pemberitaan TV yang anda bernaung dan yang anda punya. Ini jelas melanggar UU No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran Pasal 36 ayat (4) yang berbunyi "Isi siaran wajib dijaga netralitasnya dan tidak boleh mengutamakan kepentingan golongan tertentu.", Pasal 36 ayat (5), dan P3SPS KPI Pasal 11 ayat (2) yang berbunyi "Lembaga penyiaran wajib menjaga independensi dan netralitas isi siaran dalam setap program siaran.".
Televisi seharusnya menjadi media untuk dapat menyatukan seluruh rakyat Indonesia dan menjadi motor untuk saling menghormati dan menghargai perbedaan, bukan menjadi dalang perpecahan antargolongan. Televisi punya tanggungjawab seperti itu. Silakan kita saling menghormati perbedaan pilihan, tapi jangan sampai dibawa-bawa ke TV yang anda naungi dan miliki, sehingga nanti informasi yang disampaikan akan menjadi tak netral dan sulit untuk dipercaya.
Gue bersyukur, masih ada TV yang betul-betul menahan diri, dan menjaga netralitas dalam pemberitaan Pemilu 2019, dan semoga TV yang kali ini berpihak kepada salahsatu calon, semoga mereka sadar akan kesalahannya agar ke depannya menjadi lebih baik baik dalam konten siaran dan independensi. Pemilu adalah pesta kita semua, senang senang. Jangan sampai pesta ini tercemar oleh konflik antarpendukung calon tertentu, bahkan hingga konflik antargolongan, yang gara-garanya salahsatunya oleh TV yang tak independen dan tak netral. Mari ciptakan atmosfer TV yang pemberitannya dapat dipercaya semua pihak dan rakyat Indonesia.
Mari kita hargai perbedaan, perbedaan pilihan adalah hal yang lumrah, dan TV ini salahsatu media yang harus bisa menjadi alat persatuan dan kesatuan seluruh rakyat Indonesia, bukan dalang perpecahan. Gue akan tunggu bagaimana 17 April nanti, apakah media dapat bersikap netral dalam Quick Count dan Exit Poll nanti? Kita tunggu saja.
17 April jangan golput yo!
Dari anak Sains yang begitu concern terhadap TV di Indonesia. :). Dan semoga cepat konversi ke siaran digital ya. Kita kalah sama tetangga lho.
Televisi seharusnya menjadi media untuk dapat menyatukan seluruh rakyat Indonesia dan menjadi motor untuk saling menghormati dan menghargai perbedaan, bukan menjadi dalang perpecahan antargolongan. Televisi punya tanggungjawab seperti itu. Silakan kita saling menghormati perbedaan pilihan, tapi jangan sampai dibawa-bawa ke TV yang anda naungi dan miliki, sehingga nanti informasi yang disampaikan akan menjadi tak netral dan sulit untuk dipercaya.
Gue bersyukur, masih ada TV yang betul-betul menahan diri, dan menjaga netralitas dalam pemberitaan Pemilu 2019, dan semoga TV yang kali ini berpihak kepada salahsatu calon, semoga mereka sadar akan kesalahannya agar ke depannya menjadi lebih baik baik dalam konten siaran dan independensi. Pemilu adalah pesta kita semua, senang senang. Jangan sampai pesta ini tercemar oleh konflik antarpendukung calon tertentu, bahkan hingga konflik antargolongan, yang gara-garanya salahsatunya oleh TV yang tak independen dan tak netral. Mari ciptakan atmosfer TV yang pemberitannya dapat dipercaya semua pihak dan rakyat Indonesia.
Mari kita hargai perbedaan, perbedaan pilihan adalah hal yang lumrah, dan TV ini salahsatu media yang harus bisa menjadi alat persatuan dan kesatuan seluruh rakyat Indonesia, bukan dalang perpecahan. Gue akan tunggu bagaimana 17 April nanti, apakah media dapat bersikap netral dalam Quick Count dan Exit Poll nanti? Kita tunggu saja.
17 April jangan golput yo!
Dari anak Sains yang begitu concern terhadap TV di Indonesia. :). Dan semoga cepat konversi ke siaran digital ya. Kita kalah sama tetangga lho.
Komentar